Selasa, 24 Agustus 2010

Lawak, antara tawa dan air mata


 Nampaknya kehidupan sekarang sudah jauh dan sangat menyimpang dari ajaran2 islam yang murni yang dicontohkan oleh Rasulullah, semakin hari semakin bertambah pula penyimpangan yang terjadi, dampaknya, sudah jelas semakin membuat kita lalai.
Bahkan Salah satu hal yang kita anggap biasa, lawak, profesi dan kegiatannya.
Ada apa dengan lawak? Mungkin kebanyakan dari kita belum sadar atau mungkin belum tahu. Bagaimana tidak, hampir setiap hari bahkan setiap waktu dan setiap stasiun TV  terutama di bulan Ramadhan ,siaran2 televisi ramai dengan acara yang menampilkan pelawak2  terkenal. Mulai dari yang fisiknya normal hingga yang sedikit cacat pun ditampilkan. Semuanya seolah-olah hal yang biasa bahkan sangat biasa.
Tapi ternyata di sis lain ada hal yang perlu kita pahami lebih dalam.
Suatu ketika, paman saya seorang yang boleh di kata lebih mafhum mengenai masalah2 yang berkaitan dengan agama, darinya lah tak jarang saya mendapatkan nasehat baik untuk masalah2 sepele maupun yang sedikit “berat”. Waktu itu, beliau tiba2 bilang “sepatutnya kita bersedih melihat penampilan mereka (baca: para pelawak khususnya laki2 yang berperawakan seperti wanita, tak jarang memang dijumpai jenis peawak yang seperti ini)”
“Lho, kenapa om?”
“Allah melaknat orang laki2 yang menyerupai perempuan dan sebaliknya”
Pelajaran itu sangat berkesan, saya pernah membaca hadits itu tapi seolah-olah melupakannya dan tak mau ambil peduli dengan masalah orang lain.
Waktu itu, saya berfikir hanya masalah penampilan yang beliau maksud, laki2 yang meyerupai perempuan. Tapi setelah saya belajar dan belajar walaupun secara tidak langsung karena hiduppun merupakan suatu proses belajar . Maka belakangan saya tahu bahwa  pelawak pun merupakan suatu profesi (menurutku dari penjelasan pamanku) yang juga kita semestinya bersedih atasnya.
Mungkin kita bertanya, kenapa? Bukannya pelawak itu justru menyuguhkan humor2 yang selalu saja mengundang tawa?
Nah ,disini lah masalahnya
Rasulullah bersabda "Celaka bagi orang yang berbicara lalu berbohong, untuk ditertawakan oleh manusia. Celaka baginya! Celaka baginya! Dan celaka baginya!" (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Sesungguhnya ada seorang hamba, berbicara dengan suatu kalimat, tidak diucapkan kecuali untuk membuat orang lain tertawa, maka ia terhempas ke dalam jurang Jahannam sedalam antara langit dan bumi. Dan sungguh terpelesetnya lisan lebih berat daripada seseorang terpeleset kakinya
{Shahih diriwayatkan Imam Muhammad at-Tibrizi dalam Miskatul Masabih, bab Mizah (4835), 3/ 1360.}
Astagfirullah,,seseorang yang bahkan Rasulullah pun mengulang kata “celaka” baginya hingga 3x masih saja kita tertawa kan.  
Agama kita, Islam, tidak pernah melarang kita tertawa, bahkan Nabi kita pun pernah tertawa. Akan tetapi, kebanyakan tertawa apalagi terbahak-bahak, pun memiliki dampak negative (tentu saja, karena semua yang berlebihan itu tidak baik)
1. Mematikan hati.
Orang yang tidak bisa mengendalikan diri dan gemar tertawa juga akan membuat fungsi akalnya terganggu, lengah, dan lupa diri, yang berarti membuka pintu bagi syaitan untuk masuknya godaan.
2. Menganggu orang lain
Misalnya, kita tinggal di rumah kost. Coba bayangkan, tengah malam ketika orang- orang sedang terlelap tidur, kemudian terdengar gelak tawa dari luar kamar, keras sekali, tentu akan sangat menggangu.
3. Memicu perselisihan dan pertikaian
Hal ini terjadi jika tertawa itu asasnya adalah penghinaan dan permusuhan. Bahkan bisa jadi tertawa yang demikian dapat berakhir dengan terjadinya bahaya besar, berupa tindak kejahatan.
4. Tertawa bisa menjatuhkan wibawa seseorang
Banyak tertawa atau bahkan keseringan ( hobi ) tertawa, menunjukkan bahwa orang itu bukan orang yang serius.

*Dari berbagai sumber*

0 komentar:

Posting Komentar