Sabtu, 15 Januari 2011

Aku Malu Padamu,,Kawan

Sore  itu d hari jumat udara bgitu panas walau mentari sudah membenamkan setengah dirinya sebagian tapi tak berasa d banding dengan perasaanku saat itu, sangat panas. mataku pun ikut panas seakan memaksaku menangis. Tapi itu tak boleh terjadi. Orang2 di angkot ini tak satupun yang boleh melihat air mataku. Biarlah hati ini memendam sakitnya dan ku kan keluarkan semua sesampai di rumah.

Di tengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang teman lama, teman seperjuangan diwaktu SD,walaupun kami sekampung tapi kami jarang bertemu, seperti biasa kami menanyakan kabar msg2 hingga akhirnya pembicaraan mengalir terus. Pembicaraan menjadi hangat bagiku ketika ia menceritakan pngalamannya tentang perjuangannya menjalani kehidupan perkuliahan.
Saya kuliah tidak punya komputer bahkan Flashdisk pun tidak. Saya hanya minjam sana-sini untuk mendapatkan kebutuhan saya sebagai mahasiswa. Kadang, saya berjalan kaki jika ingin mendatangi suatu tempat walaupun menurut teman2ku jaraknya cukup jauh. Saya fikir, kulit saya menghitam tidak mengapa, tapi bagaimanapun caranya saya harus hidup hemat untuk memenuhi segala kebutuhan saya. Bagiku, rupiah sebesar 3000 untuk satu kali naik angkot sangat berarti. Saya tidak mau mebuang uang sebanyak itu. Orang tua saya memang masih ada dan masih bersedia membiayai saya, tapi saya harus mengerti dengan penghasilannya yang tidak seberapa, saya harus bisa untuk tak selalu merepotkannya terutama dalam hal biaya. Jika teman2 saya meminta dibelikan fasilitas ini itu oleh orang tuanya itu karena orang tua mereka mampu.”
Saya senyum-senyum saja mendengar ceritanya, dia tak tahu kalau sebenarnya dia menegurku, saya terlalu banyak meminta pada orang tua, waktu pertama masuk kuliah, saya minta computer dengan keluhan2 yang mungkin belum seberapa, dan setelah itu, saya kembali meminta barang dengan fungsi yang sama tapi dengan kemudahan yang berbeda, yah..saya menuntut laptop, dan itu juga sudah dibelikan. Trus,,selanjutnya saya minta apa lagi, akan mengeluh apa lagi pada orang tua… (Malu pertama)
Dulu,waktu kita SD saya duduk dibangku belakang, dan saya sering melihatmu dan teman2 yang duduk di depan juga, saya kagum sama kalian, saya selalu berfikir bisakah saya menjadi orang pintar juga, yang senantiasa bias mengerjakan soal yang bagi teman2 yang lain adalah rumit tapi mudah bagiku, atau bisakah saya hanya sekedar berbicara akrab penuh kehangatan dengan sang guru karena mereka membanggakanku sebagai muridnya yang pandai. Saya hanya berharap itu di sekolah kita dulu, namun sayangnya,  saya tidak pernah mendapatkannya dan selama enam tahun saya terus duduk dibangku belakang, tidak ada seorang temanpun yang perhatian pada saya, kecuali hanya sekedar mengolok2anku, karena waktu itu saya ke sekolah sambil berjualan keripik ubi. Solah-olah saya ke sekolah hanya untuk berjualan, untuk mencari uang bukan ilmu. Waktu itu, saya memang malu berjualan tapi saya tidak bisa menolak, nasib menunjukiku seperti itu, maka saya harus terima.
Ah, kawan kali ini kamu membuatku malu lagi, saya yang sekarang taklagi seperti yang dulu yang kamu ceritakan, yang bisa membuat ibu guru bangga, yang selalu mengacung tangan pertama kali ketika bu guru menyuruh kita menyelesaikan soal matematika di papan tulis, yang dengan lincah mengarang suatu cerita pada tugas bahasaIndonesia kita, yang paling banyak hafalan surah2 pendek saat guru agama memberi tugas untuk menyetor hafalan2 kita, dan mungkin kau pun tahu, saat itu, kekuranganku hanya dalam pelajaran olahraga, saat lomba lari 100meter dan aku selalu kalah, saat permainan kasti dan pukulanku selalu meleset atau saat saya tidak bisa melompati pembatas saat praktek lompat jauh. Yah,, tapi itu dulu, Kawan, sekarang tak ada lagi pelajaran matematika, tak ada lagi Bahasa Indonsia dan Agama, dan memang semua tak seindah dulu, saya seperti telah kehilangan jati diriku seperti yang kau kenal dulu, saya bukan siapa2 disini.. dipinggiran kota, giliran saya yang merasa seperti yang kamu rasakan dulu, saya merasa terkucilkan, saya bukan siapa2, jangankan membuat dosen bangga, teman2 pun tak ada yang membanggakanku, saya hanya jadi mahasiswa sekedarnya saja, mengikuti arus saja, kemana ia akan membawaku. Saya bisa membuat berbagai alasan mengapa saya seperti ini, tapi tentu saja, saya sadar bahwa takkan ada alasan yang tepat kecuali keinginan  kita sendiri.
Seiring waktu berjalan, setelah lanjut di SMP, saya mulai tertarik belajar terutama pelajaran fisika, entah mengapa. Saya jadi lebih serius belajar,saya ingin membuktikan bahwa saya juga bisa. Sekarang Alhamdulillah,saya bisa kuliah dengan sebagian besar biaya sendiri, dan juga mendapatkan beasiswa, saya sengaja tidak memilih kampus yang bergengsi macam unhas, saya memilih yang biaya nya relatif murah dan lebih dekat dari rumah, yang penting niat kita, mau di universitas manapun klo kita memang tidak serius, yah itu2 juga hasilnya. Dan sekarang saya percaya bahwa Allah benar2 akan merubah nasib kita jika kita ingin mengubahnya, walaupun saya miskin , tapi saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik, belajar yang tekun, mengeluarkan biaya sehemat mungkin, dan tetap ikhlas akan apa yang diberikannya. Alhamdulillah,Allah memang sangat baik”.
Saya  serius menyimaknya dalam hati hingga akhir dan lagi2 saya hanya bisa berbisik dalam hati “ah, kau benar2 telah membuatku malu kawan”. Dengan kehidupanku yang boleh dikata cukup, masih memiliki orang tua yang memiliki penghasilan tetap, dan segala keistimewaan lainnya yang ku punya dibandingkan dirimu, tapi , saya tidak mempunyai yang kamu punya, sesuatu yang sangat penting yaitu semangat dan keikhlasan. Tanpa kau sadari, saya merasa bahwa kau telah mengajarkanku arti ikhlas yang sesungguhnya, ikhlas yang tak sekedar teori seperti yang saya tahu selama ini. Ikhlas yang hanya dapat saya bahasakan dengan sebuah kata tapi tidak dengan perbuatan. Kisahmu yang terurai rapi di atas angkot merah ini adalah pelajaran moral bagiku. Saya  bangga padamu kawan.. tetaplah berjuang dan aku ada dibelakangmu meneladani langkah hidupmu yang sederhana namun luar biasa.
::Buat teman SD-ku,terima kasih atas kisahnya,:
^_^






3 komentar:

Anonim mengatakan...

makasih buat kisahnya..
maksih buat yg mempostkan crita ini..,
n yang puny crita ini, smangat kawan Allah pasti akan memudahkan langkah hambanya yang sabar n iklash di jalannya, amin..

fauziah_azzahra mengatakan...

Insya Allah,,Syukran ^_^

Anonim mengatakan...

Subhanallah.. membaca kisah teman ta' n membandingakannya dengan kisah hidupku membuatku tertunduk malu n tak terasa meneteskan air mata.. terkadang kita sebagai manusia sangat2 lupa diri n terlalu terlena oleh dunia.. Terima kasih tlh berbagi cerita uci.. semoga bisa bermanfaat tulisan2'a n selalu mengingatkan kita akan kesabaran n keikhlasan meski ikhlas itu terkadang harus dipaksakan demi kebaikan kita sendiri.. ^_^

Posting Komentar