Senin, 19 September 2022
Aku mendekap ponsel. menarik napas dalam lalu menghembuskannta perlahan. seperti mengutai beban yang bersarang di dada.
Aku baru saja membaca sebuah cerita tentang "ayah" yang ditulis ileh seseorang yang mengaku sangat dekat denhan ayahnya.
Sejujurnya, aku cemburu. Entah sejak kapan aku tak lagi bisa dekat dengan ayahku. secara fisik, iya. kwmi dekat. Namun, entah mengapa hsti ini seperti membentang sebuah jatak yang entah bagaimana memutuskannya.
Antara aku dan ayah memiliki banyak perbedaan terkait cafa pandang. Belum juga, sifat kami jauh berbeda. ayah yang perspektif dan emosional, sedangkan aku yang eringkali nrimo dan melow.
belum ke soal pendidikan anak.
memang , kuakui, atas ozin Allah, ayah dan ibu termasuk berhasil mendidik kami. lantas, pantaskah mereka menegusr banyak hal tentang caraku mendidik anak.
Ayah, sejujurnya aku ingin berbakti. aku hanya ingin membuatmu rileks. aku ingin kau menghabiskan masa tuamu dengan banuak tersenyum. namun, aku ounya kendala. aku tak pernah bisa memiliki banyak bahan untuk mengobrol dengan mu lebih lama.
aku dan kau sama-sama kaku saat bersama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.jpg)
0 komentar:
Posting Komentar